Selasa, 22 Oktober 2013

Kami Sedang rapat membahasa kegiatan HUT GKJ dan perayaan Natal 2013

Sabtu, 23 Juni 2012

IBADAH PELEREHAN MAJELIS & KEBUTUHAN KURSI KEMAJELISAN



Pada hari Minggu, 01 Juli 2012 akan dilaksanakan ibadah pelerehan Majelis. Majelis yang akan lereh 15 orang yaitu :
1.   Bp. Catur Haryana    
2.   Bp. Hotma pola sirait                      
3.   Bp. Ngadi              
4.   Bp. Adi Subroto                  
5.   Bp. Waryadi          
6.   Bp. Bambang Tugiarto        
7.   Ibu Sunarti            
8.   Bp. Riswan Yuwono
9.   Ibu Runtut Rahajeng
10. Bp. Dwi Sih Rinenggo
11. Bp. Daniel Duka
12. Bp. Yusbiadi
13. Bp. Agus Setiawan
14. Ibu Erma Setyowati
15. Bp. Karsam
Ibadah dilaksanakan secara manunggil pukul 07.30 WIB. Mohon perhatian segenap warga jemaat.

KEBUTUHAN KURSI KEMAJELISAN

Dengan lerehnya 15 Majelis, maka kebutuhan kemajelisan GKJ Klampok saat ini sangat tinggi. untuk itu dimohon kesadaran bagi semua warga jemaat GKJ Klampok untuk kembali meneliti panggilan pelayanan. 

majelis GKJ Klampok telah menetapkan target pelaksanaan penjaringan - peneguhan majelis baru GKJ Klampok periode 2012-2015/2018, yaitu, sbb : 


1). minggu ke 4 bulan Juni – minggu ke 3 bulan Juli sosilisasi
2). 16 – 21 Juli  sudah ada bakal calon
3). 22 – 04 Agustus Penarosan
4). 05 dan 12 Agustus diumumkan pemilihan Majelis
5). 19 Agustus pemilihan langsung oleh jemaat
6). 26 Agustus diumumkan calon terpilih dan akan dilantik/ diteguhkan tanggal 2 September 2012

Kebutuhan per-wilayah 
 
Kecitran               : butuh 2 Majelis
Kalikidang            : butuh 1 Majelis
Dekapolis            : butuh 2 Majelis
Laodikia              : butuh 1 Majelis
Syallom               : butuh 2 Majelis
Genesaret            : butuh 2 Majelis
Derik                  : butuh 1 Majelis
Blarak                 : butuh 1 Majelis
Sosialisasi dikoordinatori oleh  Pdt. Andreas Tri Febriantoro, S.Si
Di mulai di PA Dekapolis tanggal 22 Juni 2012 

                                 TIM PENJARINGAN KEMAJELISAN 

Rabu, 20 Juni 2012

Sejarah GKJ Klampok

Sejarah GKJ Klampok
BENIH YANG TUMBUH DI GKJ KLAMPOK
A.     MASA PERINTISAN (SEBELUM BERDIRINYA SINODE)
GKJ Klampok  adalah gereja dewasa yang sejarahnya sangat terkait erat dengan sejarah pekabaran injil di karesidenan Banyumas. Karesidenan Banyumas sebelumnya sudah terdapat kelompok kecil yang awal penginjilannya dirintis oleh seorang janda keturunan Indo-Belanda, sekaligus pengusaha batik terkenal di Banyumas yang bernama Ny. Bafikkery Laurans Phillips Van Oostroom atau yang terkenal dengan sebutan Ny. Van Oostroom.
Ny. Van Oostroom dilahirkan pada tahun 1812 adalah orang awam (non misionaris) yang memiliki kepedulian terhadap penginjilan. Pada tahun 1850 aktif mengadakan penginjilan kepada para pekerja dan pembantunya, bahkan dengan semangat mengadakan penginjilan sampai keluar wilayah eks Karesidenan Banyumas.
Setelah adanya peristiwa permintaan baptis dari Banyumas ke Semarang 9 - 10 orang pada tanggal 10 Oktober 1858 oleh Pendeta utusan NZG Ds. A. Hoezoo, pertumbuhan dan perkembangan orang-orang Kristen semakin pesat di Karesidenan Banyumas.
Semangat penginjilan Ny. Van Oostroom diikuti oleh saudara iparnya yang bernama Christina Petronella Steven atau Ny. Phillips Steven di Purworejo Bagelen (Nama Petronella pernah diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Kristen di Yogyakarta, yang pada tahun 1900 diganti dengan nama Rumah Sakit Betesda), hingga di Purworejo terjadi baptisan yang pertama kali pada tanggal 27 Desember 1860 sebanyak 5 orang oleh Pendeta Braams.
Komunikasi tentang penginjilan yang dilakukan oleh kedua Nyonya bersaudara keturunan Belanda itu terjadi begitu baiknya. Hal ini terbukti bahwa di Jawa Tengah bagian selatan pada tahun 1873 telah dibaptis kurang lebih 2000 orang.
Nyonya Van Oostroom sendiri pada tahun 1868 dari hasil penginjilannya sudah memiliki jemaat sejumlah 30 orang dan jemaat itu dapat mengikuti kebaktian di rumah Ny. Van Oostroom sendiri dan jemaatnya semakin hari semakin bertambah.
Atas anjuran dan permintaan Ny. Van Oostroom agar misionaris Ds. A.Vermeer utusan NGZV di Tegal dapat melayani di daerah Jawa Tengah Bagian Selatan. Setelah DS. A.Vermeer memperoleh ijin maka secara rutin mengunjungi jemaat Banyumas kota di rumah Ny. Van Oostroom untuk melayani sakramen perjamuan dan permandian (baptis). Setelah dari Banyumas kota, DS. A.Vermeer juga mengunjungi rumah Kho Tek San di Purbalingga dan membaptis bersama orang-orang pribumi pada tahun 1866 ada10 orang, diantaranya adalah Bp. Abraham, Bp. Elifas (dari Kertayasa), Bp. Ngalisar, Bp. Asah, Bp. Junus, Bp. Jotam dan yang lainnya.
Ny. Van Oostroom mempunyai hubungan dekat dengan para misionaris maupun penginjil pribumi, baik sebelum peristiwa baptis di Semarang tanggal 10 Oktober 1858 maupun sesudahnya. Ia seperti memiliki jaringan yang sangat rapi dan hal itu terbukti mereka saling mengadakan perkunjungan walaupun tempat tinggal mereka cukup jauh, mengingat waktu itu sarana transportasi hanya jalan kaki, naik kuda, kapal layar (perahu). Hubungan dengan para misionaris seperti Jellesma (1844), Ds. Hoezoo (1849), Jamsz (1851), Gan Kwee (1856), Ds. A.Vermeer (1861), MF. Anthing, Coelen, Emde, dan lain-lain. Hubungan dengan penginjil pribumi seperti: Ibrahim Tunggul Wulung (1861), Paulus Tosari, Kyai Sadrach, dan lain-lain.
Pada tahun 1863 Ibrahim Tunggul Wulung setelah mengadakan perkunjungan ke Jakarta bersama Kyai Sadrach dan 2 anak Tunggul Wulung dalam suatu pelayanan, setelah 6 bulan berada di Jakarta kemudian Tunggul Wulung melanjutkan penginjilannya ke desa-desa menuju ke daerah Timur sampai di Purbalingga, Purwokerto dan  Banyumas kota. Di daerah ini Tunggul Wulung tinggal di rumah Ny. Van Oostroom dan mengadakan lawatan ke jemaat di Banyumas kota.
Jemaat Ny. Van Oostroom (kelompok Kristen) kian bertambah banyak, sedangkan untuk mengatasi pelayanannya sering memperoleh kunjungan dari para Pendeta utusan, khususnya untuk pelayanan Perjamuan Kudus dan Sakramen Baptis. Ny. Van Oostroom juga di bantu oleh jemaat dekatnya yang punya kemampuan untuk ikut melayani persekutuan/Ibadah di rumahnya.
Pada tahun 1878 Ny. Van Oostroom jatuh sakit karena fisiknya dan usia lanjut hingga kematiannya. Sebelum kematian Ny. Van Oostrom, kelompok Kristen Banyumas pada tahun 1873 mendapat kunjungan dan lawatan penginjilan pribumi yang berpusat di Purworejo Bagelen, yaitu Kyai R. Abas Sadrach beserta Tarub dan Abisai. Merekalah yang memelihara iman jemaat Ny. Van Oostroom saat-saat mendekati sakit dan kematiannya. Karena Ds. A. Vermeer sedang ke Belanda maka Kyai Sadrach yang melakukan penginjilan ke desa-desa, misal di Bendawulu (Banjarnegara), Desa Watumas (Purwokerto), Kalibening, Karangcengis (Purbalingga), dan Kertayasa. Setelah DS. A. Vermeer kembali ke Indonesia dan tetap tinggal di Purbalingga selalu aktif melayani jemaat Kristen di seluruh wilayah Karesidenan Banyumas, Purbalingga dan Banyumas kota khususnya, hingga meninggal dunia pada tahun 1892.
Kelompok Kristen Banyumas kota sepeninggalnya Ny. Van Oostroom jemaat mengalami kemunduran hingga sampai terpencar-pencar, apalagi pada tahun 1895 sampai tahun 1901 kosong tidak ada lawatan Pendeta. Sedangkan Kyai Sadrach memusatkan pelayanannya di Purworejo.
Dengan semangat yang masih sisa, pada tahun 1901 kelompok Kristen Banyumas Kota berada dibawah pemeliharaan Gereja Rotterdam dan Zuid Holland. Diasuh oleh pendeta utusan pertama DS.G.J. Ruyssenaers. Ia melayani seluruh Karesidenan Banyumas dan menetap di Purbalingga. Ada tiga cara penginjilan yang dilakukan oleh  DS.G.J. Ruyssenaers, yaitu:
1.             Pergaulan ke desa-desa.
2.             Membuka sekolah di Banyumas kota, Purbalingga (Bojong) dan Pengalusan.
3.             Persiapan membuka Balai Pengobatan.
Karena sakit disentri pada tanggal 5 Juni 1907, DS.G.J. Ruyssenaers meninggal dunia, beliau hanya melayani sekitar 6 tahun.
Pada tanggal 1 Nopember 1908 Bernhard Jonathan Esser sebagai utusan dari Gereja Gereformeede di Rotterdam datang di Karesidenan Banyumas sebagai pengganti DS.G.J. Ruyssenaers dan ia menetap di Purbalingga. Dalam usaha penginjilannya, Bernhard Jonathan Esser dibantu oleh tenaga penginjil pribumi.
Pada kurun waktu tahun 1910-1920 usaha penginjilan di karesidenan Banyumas menggunakan bentuk:
1.             Dibukanya Rumah sakit di Desa Trenggiling,Purbalingga (1911).
2.             Dibukanya sekolah-sekolah Kristen (1913).
3.             Diterbitkannya surat kabar untuk pekabaran injil “Mardiraharja”oleh DS.A. Merkalijas(1915).
4.             Adanya Colpotur-colpotur penjualan buku Kristen keliling ke seluruh Karesidenan Banyumas. 
Adapun kelompok-kelompok Kristen di Karesidenan Banyumas meliputi: Purbalingga, Banyumas kota, Grendeng, Cilacap, Sidareja, Klampok, dan Adireja. Purbalingga sebagai tempat bersinggah (kediaman) pendeta-pendeta utusan dan sebagai pusat ke-Kristenan pada saat itu. Hingga pada tahun 1918 telah terbentuk majelis yang pertama oleh dorongan Bernhard Jonathan Esser walaupun sudah bermajelis, akan tetapi pelaksanaan kehidupan bergereja masih diatur oleh pendeta utusan.
Karena terpengaruh semangat penginjilan dan perkembangan PI dari Purbalingga, sekitar tahun 1918-1929 di desa-desa telah tertaburi Injil. Di Banyumas kota ada seorang tokoh/sesepuh Kristen yang bernama Tasik Suro Wijoyo atau Mbah Suro ikut mengabarkan Injil diatas pemeliharaan Bernhard Jonathan Esser dan Guru Injil Radiman Misael, dkk. dengan cara menjadi colporteur menjual buku dan koran seperti: ”Mardirahardja” yang sudah terbit sejak 1915 atas usaha dari DS.A. Merkalijas dari Purwokerto. Hingga sampai tahun 1939 masih rajin menjual buku bersama dengan Yusuf Martareja. Semangat penginjilan terus berjalan, apalagi setelah Jepang masuk pada tahun 1942, karena pada masa ini para utusan dari negeri Belanda ditangkap dan masuk tawanan oleh tentara Jepang,  kecuali para pendeta dan guru Injil pribumi.
Suro Wijaya merasa bertanggung jawab terhadap kelompok Kristen yang berada di Banyumas kota. Ia melayani bersama dengan mantri Sumardi, Yusuf Martareja, Maryadi, Yasa Wikarta, Guru Injil Rawan Rekso Sudarmo, Prapto Sarjono (Guru Injil dari Sokaraja), dkk.
Sampai tahun 1944 Guru Injil Rameli Rekso Suminta datang ke Banyumas ikut bergabung dalam pelayanan hingga diteguhkan menjadi pendeta pertama GKJ Banyumas pada tanggal 18 Agustus 1949.

B.      PENDEWASAAN GKJ KLAMPOK (SETELAH BERDIRINYA SINODE)
Memasuki tahun 1933, pelayanan di kawasan Banyumas-Purbalingga dibagi dua, yaitu kelompok pertama meliputi gereja-gereja Purbalingga, Karang Salam, Sambeng, Sokaraja, Klampok, Pengalusan, Kertayasa, Banyumas, dan Karangsari (Bangsa), ditambah penggabungan jemaat Sadrach yang ada di grujugan, Karanggedang, dan karangtawang. Kelompok kedua yang terdiri dari Purwokerto, Cilacap, Adireja, Sidareja, Ajibarang, Jatilawang, dan Grendeng.
Gereja Purbalingga pada hari raya kenaikan Tuhan Yesus ke Surga tahun 1934 melayani baptisan 28 orang dewasa dan 18 anak-anak, sedangkan Cilacap melayani 18 baptisan dewasa dan anak-anak. Pada penutupan tahun itu pula, di Purbalingga dibaptis 17 orang dewasa dan 11 anak. Suatu panenan yang patut disyukuri mengingat bahwa sejak 26 januari 1932 Purwokerto ditetapkan sebagai perfektus ekaligus pusat agama Katolik atas Karesidenan Banyumas, Bagelen, Wonosobo, Tegal, Pekalongan, di samping harus juga bersaing dengan pertumbuhan jemaat hasil pekabaran Injil Bala Keselamatan, Advent, Pantekosta, dan Theosofi.
Untuk memperkuat kawasan Purwokerto, zending ZGKN membangun Poliklinik Purwokerto dan Huishoudschool “Mardi Kenja”
Salah satu perubahan yang patut dicatat di sini ialah keputusan Klasis Gereja-gereja Kristen Jawa Tengah Selatan Purbalingga yang menggabungkan Gereja (dewasa) Grendeng dengan Gereja (dewasa) Purwokerto. Alas an penggabungan itu antara lain karena di kota Purwokerto baru ada beberapa keluarga warga gereja, sedang Grendeng kecuali karena kecil juga masih kesulitan untuk mendapatkan calon pejabat gereja (tua-tua da diaken). Di pihak lain, jemaat Sadrach di Langgen (kawasan tanah Pasundan) bergabung dengan Sidareja dan telah mendapat pelayanan perjamuan kudus.
Di awal tahun 1936  beberapa orang dari desa-desa sekitar Purbalingga bergabung bergereja di gereja Purbalingga, sedangkan babtisan dalam jumlah yang besar terjadi di Sidareja, Cilacap, dan Purwokerto. Di tahun yang sama kawasan Purbalingga-Banyumas tercatat banyak kejadian yang menggembirakan. Purwokerto dan Purbalingga memiliki warga gereja sekitar 900 orang dan di Klampok dan Grendeng sekitar 32 Warga. Kemudian pada tanggal 13 Desember 1936 Purbalingga mendewasakan kelompok Klampok dan lahirlah GKJ Klampok. Pendewasaan GKJ Klampok ini murni karena benih pekerjaan misionaris dari Belanda, Kyai Sadrach, dan guru Injil lokal. Jadi memang tidak terdeteksi gereja mana yang mendewasakan GKJ Klampok, sepenuhnya karena pemekaran perkembangan wilayah dan jumlah warga dari kelompok Banyumas-Purbalingga. Pada saat itu GKJ Klampok mempunyai wilyah pelayanan sampai ke Kertayasa.

C.      MASA AWAL DEWASA SAMPAI PEMANGGILAN PENDETA YANG PERTAMA
Pada masa awal pendewasaan ini GKJ Klampok belum memiliki gedung gereja sendiri, kebaktiannya masih menggunakan gedung SMP Kristen (sekarang gedung TK/SD Kristen). GKJ Klampok juga belum mempunyai pendeta sendiri, dalam kegiatan pelayanannya dilayani oleh Pendeta utusan dan guru-guru Injil. Ada beberapa Pendeta dan Guru Injil yang melayani GKJ Klampok, yaitu : Pdt. DS Marmoyuwono (GKJ Purbalingga), Pdt. Ramli (GKJ Banyumas), Pdt. Dominic Esher (GKJ Banyumas), Pdt. Asmowinangun (dari Cilacap),dll. Pelayanan tersebut dilakukan sampai sekitar tahun 1950.
C.1 Pemanggilan Pendeta Pertama dan Pendewasaan Kertayasa
Pada tahun 1944 di desa kalipelus (Purwonegoro) datanglah satu keluarga Kristen dari Purbalingga (Suami Isteri dan seorang anak). Baptisan pertama wilayah ini terjadi pada tahun 1949 (seorang dewasa dan seorang anak) yang dilayani oleh Pdt. J. Marmojoewono. Kemudian pada tahun 1950 menyusul baptisan lagi 8 orang (meliputi orang dari Danaraja dan Purwonegoro), dibaptis di GKJ Klampok dan dilayani oleh Pdt. Ds. Isbandi Adipratiknyo yang ketika itu beliau baru saja diteguhkan menjadi pendeta di GKJ Pemalang. Baru setahun kemudian, yaitu pada tahun 1951 Pdt. Isbandi resmi menjadi pendeta pertama di GKJ Klampok. Pada tahun 1956 dari desa Kalipelus menyusul lagi baptisan sejumhal 23 orang. Sejak saat itulah wilayah Purwonegoro resmi menjadi pepanthan GKJ Klampok, sama statusnya dengan Kertayasa, pelayanan di Kertayasa dan Purwonegoro dilakukan oleh tenaga dari Klampok dan Banyumas. Seiring semakin banyaknya kebutuhan pelayanan di Kertayasa dan Purwonegoro, maka pada tahun 1956 ditempatkan seorang Guru Injil yang bernama Bp. Sealtiel. Penyertaan Tuhan semakin nyata dan jemaatNya pun semakin besar, pada tahun 1959 terjadi pembiakan Majelis GKJ Klampok yang sudah berdiri 1936 itu, sejak saat itu terdapat Majelis GKJ Klampok dan Majelis GKJ Kertayasa.  Dan sampai saat ini tahun 1959 dianggap sebagai tahun dewasanya GKJ Kertayasa.
C.2 Pergumulan Gedung Gereja dan Pemanggilan Pendeta yang kedua
Pada tahun 1970 Emanuel membeli sebidang tanah yang letaknya di sebelah barat arah Banyumas sebagai perluasan berkembangnya poliklinik Emanuel untuk dijadikan bangunan Rumah sakit Emanuel. Maka bersamaan dengan itu pada tahun 1970 Emanuel resmi pindah ke gedung baru yang sekarang bernama RS. Emanuel. Sementara GKJ Klampok menempati bekas gedung Emanuel. Jadi sejak pendewasaan tahun 1936 sampai 1999 GKJ Klampok memang belum memiliki gedung gereja sendiri, gedung gereja yang dulu ditempati sebagai gereja lama adalah bangunan Gedung bekas pabrik gula yang digunakan untuk poliklinik Emanuel. Setelah hak ilik tanah sudah sah menjadi milik GKJ Klampok, maka pembangunan gereja langsung dimulai hingga gedung gereja seperti yang sekarang ini.
Pdt. DS. Isbandi Adipratiknyo pensiun tahun 1985, genap 34 tahun pelayanan. Setelah itu GKJ Klampok tidak memiliki pendeta, rutinitas pelayanan masih tetap dilakukan oleh Pdt. Em. Isbandi sebagai pendeta konsulen sampai mendapatkan Pendeta yang baru. Sampai kemudian pada tanggal 4 Nopember 1987 GKJ Klampok mentahbiskan pendeta yang kedua dalam diri Pdt. David Widi Prasetya,Sm.Th yang melayani Jemaat GKJ klampok sampai sekarang dan akan memasuki masa emeritus pada hari ini, 3 Mei 2012 dengan masa pelayanan kurang lebih 25 tahun.
Dan pada hari ini pula, GKJ Klampok memiliki pendeta yang ke-3 dalam diri Vik. Andreas Tri Febriantoro, S.Si. Bersama dengan majelis, komisi, dan tim, Vik. Andreas Tri Febriantoro, S.Si akan melayani GKJ Klampok dengan 3 Pepanthan (Blarak, Somawangi, Derik) dengan 9 kelompok PA (Dekapolis, Laodikia, Syalom, Kecitran, Kalikidang, Genesaret, Blarak, Somawangi, Derik). Semoga menjadi berkat. AMIN

Klampok, 03 Mei 2012
Pdt. Andreas Tri Febriantoro, S.Si
Editor : Pdt.David Widi Prasetyo,SmTh

Sumber-sumber:
Proposal Panitia pembanguan GKJ Klampok
Sejarah GKJ Banyumas, oleh : Bp. Mulyono
Sejarah Singkat GKJ Kertayasa, Oleh : Bp. Urip Harjo Sucipto
Sejarah Gereja-gereja Kristen Jawa, oleh : Bp.S.H Soekotjo
                                                                 Pdt. Isbandi A           

                                                             Pdt. David Widi P, Sm.Th

                                                           Pdt. Andreas T F, S.Si